Manfaat Organisasi
Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dia harus
berinteraksi dengan orang lain. Mengapa demikian? Karena manusia itu makhluk
sosial. Dia secara individual merupakan bagian dari orang lain. Maka, mau tidak
mau kita sebagai manusia harus srawung dengan orang lain.
Salah satu cara berhubungan dengan orang lain adalah melalui
organisasi. Melalui organisasi, kita mampu mengolah diri dengan benar, baik
secara naluriah maupun fitrah.
Bukti telah banyak di depan mata. Orang-orang yang sukses
sebagai pemimpin, pengusaha, atau status sosial yang mapan lainnya, pasti
dulunya mereka pernah mengenyam pahit manisnya berorganisasi. Mereka banyak
makan asam garam dalam organisasi itu. Sebut saja Gus Dur salah satunya.
Mengapa organisasi demikian penting bagi kita, terutama di
zaman yang mendunia (global) saat ini? Itu tidak lain karena dalam
berorganisasi kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah dengan orang
lain, baik suka maupun duka. Di suatu organisasi itulah tercampur secara alamiah
berbagai perilaku dan sifat masing-masing anggota. Ada yang egois, namun ada
pula yang sosial. Ada yang pendiam, tapi ada pula yang cerewetnya minta ampun.
Nah, dalam kebersamaan di organisasi itulah, akan terbentuk
secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang
mampu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan pula
dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama
pula.
Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang
butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam
beberapa bulan lalu menuntut kematangan pribadi seperti yang diuraikan
tersebut.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara
berorganisasi yang baik. Berikut beberapa cirinya. Pertama, organisasi harus
memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Untuk saat ini, setiap
organisasi yang modern pasti menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda
anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang
merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB”
singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
Kedua, organisasi harus memiliki pula identitas yang jelas
tentang keberadaannya dalam masyarakat. Artinya, jelas di mana alamat
kantornya. Tampak pula aktivitas sehari-hari kantor tersebut dalam menjalankan
roda organisasi. Ada pula nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat
dalam AD (anggaran dasar) dan ART (anggaran rumah tangga).
Demikian pula struktur organisasinya. Masih banyak lagi yang
bisa membuktikan keberadaan organisasi itu di mata masyarakat. Jika identitas
tak jelas, maka jangan salahkan masyarakat bila menaruh curiga terhadap
organisasi itu.
Ketiga, organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan
manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya. Masing-masing bagian, divisi,
maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Jadi, sangat ganjil dan dipastikan
”sakit parah” jika organisasi itu yang tampak paling aktif adalah ketuanya
sehingga tampak seperti pertunjukan sirkus one man show dalam manajemen
organisasi itu.
Keempat, dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu
pada manajemen yang sehat. Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda
organisasi, yaitu planning (peren-canaan), action (pelaksanaan), dan evaluation
(penilaian). Ketiga tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak
mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action.
Dalam manajemen itu, yang juga harus mendapat perhatian
serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri
administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi.
Kelima, organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat
sekitarnya. Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat.
Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota
khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya.
Sumber:http://imeldaimnas.blogspot.com/2010/03/manfaat-organisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar