Keindahan
hidup dalam kebersamaan adalah ketika kita mampu bekerja sama dalam apa
yang kita sepakati dan tetap menghargai dalam apa yang kita
perselisihkan.
Begitulah kebersamaan yang lahir dari kesadaran
hati tiap-tiap orang yang berada di dalamnya. Bila setiap kita
mempersiapkan ruang lapang dalam hati untuk kebersamaan, keindahan hidup
semakin mudah terwujud. Karena, kita sungguh bisa menerima sepenuh hati apa pun yang datang dari saudara-saudara kita.
Pantaslah bila Al-Qur’an mengajarkan kita untuk terus membangun
kebersamaan dalam upaya menghadirkan kebaikan dan ketakwaan, di samping
berupaya menjauhkan dosa dan permusuhan (Q. 5: 2). Memang, membangun
kebersamaan tidaklah mudah apabila hati kita terus menyembunyikan
ketidak tulusan. Tanpa ketulusan, kita tidak akan pernah bisa menemukan
rahasia pertolongan, rahmat, dan barakah-Nya dalam kebersamaan itu.
Ini akibat kita terus mengutamakan pandangan dan keyakinan pribadi kita
masing-masing tanpa memberi tempat pada pandangan dan keyakinan orang
lain.
Bila kebersamaan dibangun atas kesadaran hati, setiap
pribadi tentu siap dengan kesadaran menerima perbedaan. Hingga muncullah
sikap untuk terus membangun kerja sama dalam hal yang disepakati dan
saling menghargai dalam hal yang diperselisihkan.
Mereka tetap
berjalan seiring, dalam persamaaan maupun perbedaan. Sulit memang,
karena itu Al-Quran pun menyinggung tabiat umum manusia yang selalu
berusaha menampakkan kebersamaan formal. Tak heran kita kerap menemukan
kebersamaan semu dalam hidup rumah tangga, keluarga, masyarakat, bahkan
berbangsa. Secara fisik mereka terlihat bersama, tetapi hati dan jiwa
mereka berseberangan. Allah menyindir kondisi ini dalam firman-Nya,
“…kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah” (Q.
59: 14). Mungkin inilah yang selama ini terjadi dalam kehidupan kita.
Meski demikian, kita tidak boleh mundur dari upaya membangun
kebersamaan ini. Setidaknya, kita tetap terus berada dalam jamaah
kebersamaan, perlahan menciptakan kesepahaman dan tetap teguh dengan
sikap dan perilaku yang menyenangi kebersamaan tersebut. Kelak, pada
akhirnya Allah mengizinkan kita menikmati “Indahnya Kebersamaan”.
Sumber :
Matahatiku Matahariku oleh Imam Sibawaih El Hasany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar