Selamat Datang di indonesian Hoteliers Middle East

ORANG TUAMU ADALAH RAJAMU


Saat kau berbeda pendapat dengan orang tuamu, jadikanlah sarana untuk berlatih negosiasi bukan untuk mencaci orang yang telah melahirkanmu.

Penjelasan: Tanpa ada orang tua, kita tak akan ada di dunia. Betapapun besarnya pengabdian kita kepada mereka tak akan mampu kita membalas jasanya. Oleh karena itu jadikalah mereka raja bagimu. Taatilah mereka selama tidak memerintahkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agamamu.

Saat Anda berbeda pendapat dengan mereka, tidak usah bersedih. Tenangkan pikiran Anda dan renungkan, “Jangan-jangan pendapat mereka yang tepat.” Saat Anda yakin bahwa pendapat Andalah yang benar, maka negosiasikan dengan orang tuamu. Saat Anda gagal negosiasi, jangan salahkan mereka tapi tanamkan dalam pikiranmu, “Aku harus perbaiki cara negosiasiku.” Lakukanlah terus menerus sampai negosiasimu berhasil.
Saat saya mencoba memutuskan bekerja di luar negri orang tua saya keberatan, saya melakukan negosiasi berulang-ulang sampai saya meminta saudara saya untuk melakukan negosiasi itupun tidak membuahkan hasil,
 Ketika orang tua menghendaki saya bekerja di daerah sendiri, saya ikuti keinginannya sebelum saya berhasil menyakinkannya. Negosiasi terus saya lakukan , dan setelah mampu “menaklukan” hatinya baru saya berani beralih profesi menjadi pekerja luar negri)^_*

Ketahuilah ridho Allah tergantung ridho orang tua, jadi jangan sampai Anda membuat orang tua Anda marah dan murka. Bila Anda sering berbeda pendapat dengan mereka perbaikilah hubungan dan cara berkomunikasi dengan mereka. Tunjukkanlah bahwa Anda memiliki kapabilitas dan kapasitas terhadap pilihan keputusan yang Anda pilih.

Bila selama ini Anda formal saat meminta pendapat, cobalah sekali-kali Anda meminta pendapatnya sambil tidur di pangkuannya. Cobalah tawarkan apa yang paling di suka orang tua. Minta Do'anya agar bisa pergi ke Tanah Suci bersama (insya Allah). dengan begitu insya Allah.. akan dapat ridhonya.

Berilah mereka hadiah-hadiah yang sangat di sukainya. Pastikan suaramu lebih rendah dan lembut dibandingkan dengan suara mereka. Berdoalah bersama mereka, antarkan mereka bertemu dengan sahabat-sahabat baiknya. Ajaklah mereka ke tempat asal mereka dan mintalah ia bercerita saat ia kecil hingga dewasa.
Saya sangat yakin, bila Anda mampu membahagiakan orang tua Anda maka Anda akan lebih mudah menaklukkan hatinya. Bila Anda sulit menaklukkannya, mungkin karena kebaikan yang kau berikan kepadanya amatlah sedikit dan belum berarti bai orang tua Anda. Selamat mencoba..

Salam Sukses Mulia!

1 komentar:

  1. bayu waskito nugroho30 Januari 2012 pukul 06.39

    Masya Allah Tabarakallah, memang kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua.

    وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

    “Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’: 36)

    Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

    وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا

    “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15)

    Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

    حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

    “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman: 14)

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

    سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلّيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

    Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

    Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya,

    وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

    “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

    Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur, karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa kemungkaran tetap tidak boleh ditaati.

    Wallahu a'lam bishawab

    BalasHapus