Lebih SEHAT dengan Shadaqah
HIDUP adalah perjuangan yang harus ditempuh dengan liku-liku
dan penuh problematika. Di antara problem hidupan yang banyak dihadapi manusia
adalah musibah dan ujian. Termasuk ujian berupa datangnya penyakit.
Sedangkan Islam, adalah agama yang diturunkan sebagai rahmat
bagi alam semesta. Islam datang memberikan solusi berbagai persoalan dan
problem umat manusia. Rasulullah menerima Islam ini tidak dengan duduk
bersimpuh, tetap beliau membawa missi ke dalam realitas kehidupan ke
tengah-tengah kencah kehidupan manusia dengan 1001 macam persoalannya.
Kehadiran Islam justru untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup yang riil
itu, dalam berbagai aspeknya.
Salah satu bentuk rahmat Islam adalah menuntun kepada kita
untuk memancarkan rasa bahagia dalam kalbu sesama. Caranya dengan memberi,
dalam bentuk apapun rupa pemberian itu.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menegaskan pentingnya setiap orang untuk memberi shadaqah setiap hari.
"Tiadalah tiap-tiap jiwa keturunan Adam kecuali harus
bershadaqah, setiap hari, di mana terbit padanya matahari," begitu kata
Nabi. Mendengar sabda tersebut, seorang sahabat dari kalangan tak berpunya
bertanya:"Ya Rasulullah! Darimana shadaqah yang harus kami keluarkan bagi
kami-kami ini?" Rasulullah menjawab: "Sesunggunya pintu-pintu
kebajikan sangat banyak. Kemudian beliau menyebutkan satu persatu: Mengucapkan
tasbih, tahmid, tahlil dengan khusyu' adalah shadaqah. Yakni shadaqah untuk
ruhani. Diisi dengan kekuatan baru dengan taqarrub kepada Allah."
"Sesungguhnya ruhanimu memiliki hak atas dirimu. Agar
senantiasa kita rawat dengan baik. Jangan dibiarkan lemah. Mengajak kepada yang
baik, mencegah dari yang mungkar adalah shadaqah. Menyingkirkan sesuatu yang
dapat menyakiti orang dari jalan, memperdengarkan orang yang tuli, sehingga ia
terhindar dari bahaya, menuntun orang buta, memberi petunjuk kepada orang minta
petunjuk mengenai keperluannya (adalah shadaqah)."
Pada penutub hadits Rasulullah bersabda, "Dan senyummu
bila berhadapan dengan saudaramupun adalah shadaqah.!"
Dari dialog tersebut terlihat bahwa nilai dari satu
pemberian tidaklah semata-mata ditentukan oleh besar kecilnya materi yang
diberikan. Ada nilai lain yang lebih menentukan, yaitu nilai immaterial, nilai
maknawi.
Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqah dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena
riya kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu." (QS.
Al-Baqarah: 264)
Tidak selamanya shadaqah itu harus berupa uang, materi,
senyuman dari muka yang jernih terhadap sesama manusia adalah bentuk pemberian
yang tidak memerlukan harta.
Semua bentuk kebajikan terhadap sesama manusia dalam bentuk
apapun yang dilakukan adalah shadaqah, karena bertolak dari sumber yang satu,
yaitu kemanusiaan yang tulus.
Rasa kemanusiaan inilah yang menggerakkan seseorang untuk
menyingkirkan duri dari jalan, menuntun orang buta, mendukung orang yang lemah,
memberi senyum harapan kepada orang yang patah hati. Atau melompat ke dalam air
bah untuk menolong orang, walau taruhannya adalah nyawanya sendiri. Rasa
kemanusiaan ini ibarat lembar-lembar sutra yang saling menjalin
individu-individu dalam ikatan ukhuwah (persaudaraan yang sesungguhnya).
Itulah fungsi shadaqah dalam kehidupan sosial. Bisa rasa
solidaritas dibeli dengan harta yang banyak, buat sementara waktu. Akan tetapi
apabila uang habis, kekayaan ludes, rasa solidaritas lenyap!
"Walaupun kamu membelanajakan semua (kekayaan) yang ada
di bumi, niscaya tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang
mempersatukan mereka." (QS. Al-Anfal: 63)
Definisi shadaqah yang diberikan oleh Rasulullah dalam
dialog di atas, menegaskan bahwa nilai-nilai yang menentukan dalam kehidupan
ini bukanlah semata-mata nilai material. Akan tetapi juga nilai ideal.
Nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa keadilan, persaudaraan dan silidaritas,
kejujuran, martabat kemanusiaan (HAM).
Nilai-nilai kemanausiaan tersebut tidak kita temukan dalam
kamus teknologi dan ekonomi modern. Ia berada di lingkungan lain, di lingkungan
pandangan dan falsafah hidup; di bidang moral dan ideologi.
Selain dapat berdampak ekonomi dan sosial, shadaqah juga
bisa berdampak fisik Salah satu faedah lain dari ber-shadaqah disebutkan oleh
Rasulullah Muhammad.
“Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan shadaqah.”
(HR. Baihagi).
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, "Ujian yang
menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihapus
dengan puasa, shalat, shadaqah dan amar makruf nahi-munkar." (HR. Bukhari
dan Muslim )
Tentusaja, keyakinan bershadaqah dikarenakan Allah
subhanahuwata’alah –lah yang menyembuhkan semua penyakit, bukan uang atau
bantuan pemberiannya.
Al-Quran juga menyinggung soal hubungan shadaqah dengan
setiap kesulitan yang sedang dihadapi manusia.
"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan ALLAH)
dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah." (QS: Al Lail (92) : 5 - 7 )
Semoga semua kandungan al-Quran memberikan pelajaran dan
ilmu berharga bagi kita. Bagi yang sedang ditimpa musibah dan penyakit,
teruslah berikhtiar untuk mencari kesembuhan dan tak ada salahnya bershadaqah
dan tanamkanlah niat shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu
wata’ala menyembuhkan penyakit yang sedang menimpa kita.
http://hidayatullah.com/read/20230/15/12/2011/lebih-%E2%80%9Csehat%E2%80%9D-dengan-shadaqah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar