Ketika wahyu Ilahi, kalimat
basmalah, turun kepada semesta, kandela – bias cahaya – menakjubkan setiap yang menyaksikan; awan
kelam berarak menjauh ke arah timur, angin diam tak berhembus, laut tenang tak
bergelombang, binatang jadi terhenyak, telinga yang bernyawa semua menyimak,
dan syaitan pun terlempar kutuk; kala itu Allah Sang Maha Kuasa pun bersumpah
dengan nama kemuliaan-Nya, dengan nama keagungan-Nya, bahwa tak kan pernah
disebut nama-Nya atas segala sesuatu yang ada, kecuali semua menjadi berkah.
***
Sebegitu hebatkah kalimat
basmalah? Bagaimana mungkin kalimat basmalah tidak memiliki kekuatan yang
menakjubkan, jika ternyata kandungan maknanya teramat dahsyat?!
Apakah karena secara matematis
huruf basmalah menggunakan bilangan prima 19, dimana bilangan tersebut secara
matematika ditafsiri sebagai kunci rahasia sistem proteksi al-Qur'an dari upaya
pemalsuan? Apakah hal ini benar-benar merupakan bagian dari master plan Allah
dengan segala rahasia-Nya? Atau ada rahasia lain, sebagaimana yang juga
diyakini, bahwa siapa yang ingin diselamatkan dari Zabaniyah yang berjumlah 19,
malaikat berkarakter keras dalam menyiksa, maka bacalah
bismillâhirrahmânirrahîm, niscaya Allah akan menjadikan setiap hurufnya sebagai
benteng bagi si pembaca dari setiap Zabaniyah?
Bila kita telaah lebih seksama,
kalimat bismillâhirrahmânirrahîm, lebih khusus kalimat bi ismi adalah berkaitan
dengan kata kerja yang diperkirakan setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas
yang sedang dikerjakan. Misalnya kita membaca basmalah ketika hendak melangkah
ke suatu majelis kebajikan, maka perkiraan kalimatnya secara lengkap adalah,
"Dengan menyebut nama Allah aku melangkah ke majelis kebajikan…"
demikian seterusnya, dengan berbagai jenis aktifitas yang ada. Fungsi kata
kerja yang diperkirakan setelah kalimat bi ismi itu ada dua. Pertama adalah
tabarruk, mengharap berkah, dengan mendahulukan asma Allah Swt. sebelum
menentukan aktifitas apapun yang akan kita lakukan. Kedua adalah pembatasan maksud.
Seolah kita berkata, "Aku tidak melakukan aktifitas apapun, dengan
menyebut nama siapapun, untuk mengharap berkah dengannya, dan untuk meminta
pertolongan darinya, selain nama Allah Swt."
Dengan bertambah seksama lagi
kita telaah, diketahui bahwa huruf bâ' dari kalimat basmalah adalah lebih
menunjukkan makna isti'ânah, meminta pertolongan hanya kepada Allah Swt.
Bukankah Nabi saw. telah mengajarkan, "Idza ista'anta fa ista'in
billâh!", jika engkau meminta pertolongan, maka minta tolonglah kepada
Allah! (HR. Tirmidzi) Pada isti'ânah ini terdapat makna memasrahkan segala daya
dan upaya hanya kepada Allah semata, juga proklamasi rasa butuh diri kita
sebagai seorang hamba kepada-Nya di kala tubuh kita menghasilkan gerak langkah
aktifitas apapun, bagaimanapun, dan kapanpun. Sebagaimana kita telah meminta
tolong kepada Dzat Yang Maha Kuasa, demikian pula kita meminta tolong melalui
nama-nama-Nya yang mulia.
Lafzh al-Jalâlah (Allâh)
merupakan nama bagi Allah, Tuhan semesta raya, selain Allah tidak boleh diberi nama
dengan-Nya. Nama "Allâh" merupakan asal, adapun nama-nama Allah
selain lafzh al-Jalâlah tersebut adalah cabang darinya. Penyebutan lafzh
al-Jalâlah berkonsekuensi pada keluhuran, kekuasaan, dan lindungan-Nya (lihat
QS. Al-Baqarah: 257).
Di balik pengucapan lafzh
al-Jalâlah, ketika lisan kita melafalkan "Allâh" bila dikaji secara fisiologis, pengucapan
huruf "A" dari lafzh al-Jalâlah adalah dapat melapangkan sistem
pernapasan kita, serta berfungsi mengontrol gerak nafas dalam rongga dada.
Kemudian saat mengucapkan huruf "Lâm" dari lafzh al-Jalâlah, kondisi
ini dapat menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap relaksasi pernapasan. Dan
ketika mengucapkan huruf terakhir "H" dari lafzh al-Jalâlah, tepat
pada saat kita melakukannya, hal ini telah membuat kontak antara paru-paru dan
jantung, yang pada gilirannya kontak ini dapat mengontrol denyut jantung secara
baik dan sempurna.
Adapun kata "al-Rahmân"
adalah bermakna Dzat Yang memiliki kasih sayang teramat luas. Bentuk kosa kata
ini menunjukkan makna keluasan yang berkonsekuensi pada cinta-Nya. Sedangkan
kata "ar-Rahîm" adalah bermakna Dzat Yang mencurahkan kasih sayang
kepada setiap hamba-Nya yang dikehendaki. Bentuk kosa kata ini menunjukkan
makna terlaksananya kasih sayang tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih
sayang, yaitu kasih sayang sebagai karakter Dzat Allah seperti yang terkandung
dalam nama "al-Rahmân", dan kasih sayang yang merupakan perbuatan
Allah yang mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangi-Nya,
seperti yang terkandung dalam nama al-Rahîm.
Karena alasan itu juga, leluhur
kita, manusia pertama dicipta atas bentuk pencitraan sifat al-Rahmân, sebagai
cermin yang memantulkan seberkas cahaya dari Maha Cahaya, Sang Realitas
Tertinggi. Esensi wujudnya adalah bertugas menjalankan peran kemanusiaan dengan
mengatasnamakan Allah, bismillâh, atas nama kuasa-Nya; al-Rahmân al-Rahîm, yang
berkarakter penuh kasih dan sayang.
Karena sesungguhnya sebagai manusia, kita sedang memerankan rencana
besar dari sejumlah skenario Ilahi di alam semesta, sebagai sosok yang berbakat
untuk memahami berbagai pesan ketuhanan yang suci, bersama sejumlah perangkat
kerja yang dimiliki dan efektifitas paripurna, agar menjadi objek firman-Nya
yang mulia.
***
Apalah artinya kalimat yang kita
ucapkan, bila tak disertai keyakinan. Karena sesungguhnya keyakinanlah yang
menghubungkan rahasia makna basmalah yang kita ucapkan ke dalam hati, hingga
menjadi potensi kekuatan yang maha dahsyat!.
Kekuatan ini terdapat dalam jiwa
orang mukmin sejati, jiwa yang disebutkan al-Qur'an, "Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia." (QS. Al-Anfâl:
2-4).
Cahaya iman seperti inilah yang
kemudian mentransfer energi ruhani maha dahsyat pada setiap jiwa orang mukmin
yang sejati dalam keyakinannya. Sehingga
kalimat basmalah yang diucapkan mampu menghasilkan daya kekuatan sangat
menakjubkan. "Gemetarlah karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah." (QS. Az-Zumar: 23) Suatu kekuatan bersumber dari energi ruhani
bernama keyakinan, sebagaimana keyakinan para nabi, kaum shiddîqîn, kaum
syuhadâ', dan shâlihîn.
Namun, ketika kalimat basmalah
bekerja, bukan berarti lompatan hirarki perjuangan harus terjadi, bukan pula
harus terjadi mukjizat. Tidak. Basmalah bukanlah mantra bim sala bim para penyihir,
akan tetapi kalimat ampuh yang bekerja sesuai hukum kausalitas, sunnatullâh di
alam semesta, dengan nilai tambah keberkahan dan kedahsyatannya sebagaimana
dirasakan oleh mereka yang telah benar-benar meyakininya. Basmalah adalah kata
kerja, bukan kata sifat yang hanya bertumpu menumpang pada suatu entitas lain.
***
Tatkala Allah Swt. mewahyukan
kalimat basmalah kepada Adam as., bapak umat manusia, ia terkesiap takjub, lalu
berkata, "Wahai Jibril, nama apakah ini yang langit dan bumi tegak
dengannya, air mengalir dan gunung terpancang dengannya, kemudian menetap
berada di bumi, hingga hati kecil setiap makhluk menjadi kuat dengannya?!"
Bapak umat manusia kedua, Nabi
Nuh as. tatkala hendak mengarungi bandang besar dengan bahteranya yang menjadi
legenda sepanjang sejarah, ia berseru kepada kaumnya, "Naiklah kamu
sekalian ke dalamnya, bismillâh, dengan menyebut nama Allah, di waktu berlayar
dan berlabuhnya." (QS. Hûd: 41). Hanya dengan separuh kalimat saja, Nabi
Nuh as. dan kaumnya selamat. Lalu bagaimana dengan yang sepanjang hidupnya
membaca kalimat tersebut secara kontinu dan sempurna, mungkinkah ia akan
terhalang dari keselamatan abadi?
Dikisahkan juga bahwa tatkala
Nabi Musa as. mengalami sakit, Allah Swt. berfirman kepadanya,
"Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah racun yang mematikan, sedangkan
penawarnya adalah nama-Ku!"
Bacalah kemudian kisah Nabi
Sulaiman as., tatkala mengirim surat kepada Ratu Balqis, penguasa bangsa Saba',
kaum penyembah matahari, melalui seekor burung Hud-hud. Ketika sepucuk surat
terlempar jatuh dari udara, diambilnya surat itu oleh Balqis, matanya menatap
tajam, bibirnya bergerak mengeja, "Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman,
dan sesungguhnya (isi)nya, 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, bahwa janganlah kamu sekalian bersikap sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. An-Naml:
30-31). Setelah dibacanya surat itu, Ratu Balqis memanggil para pembesar dan
penasihat kerajaan untuk berkumpul memusyawarahkan tindakan apa yang harus
diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman as. tersebut. Para pembesar
kerajaan menyatakan kesanggupan mereka untuk berperang, tidak akan gentar
menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatan dan
keselamatan kerajaan. Usai ditolak dengan tegas diplomasi pengiriman hadiah,
Balqis berpikir, bahwa tak ada jalan terbaik untuk menyelamatkan diri dan
kerajaannya kecuali menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap
ke istananya. Maka, setelah mengalami kegentaran psikologis, enggan dengan
kekerasan, atau bahkan – lebih tepatnya – cemas akan kerusakan dan kehancuran
yang mengancam peradaban Kerajaan Saba', Ratu Balqis pun datang lengkap dengan
kekuatan penuh, kekuatan materi duniawi; memasrahkan diri, takluk, tunduk
kepada kekuasaan Nabi Sulaiman as., kekuatan spiritualnubuwwah, kekuatan iman.
Sekali lagi, semua ini memperlihatkan bagaimana efek kekuatan basmalah
sebenarnya.
Dan pada akhirnya, renungkanlah
kisah Baginda Nabi Muhammad saw. di awal perjuangan risalahnya ketika
diperintah untuk membaca dengan menyebut nama Tuhan Yang telah menciptakan,
iqra' bismi Rabbika al-ladzi khalaq. Dengan kalimat basmalah Baginda mulai
melangkah, hingga menuai berkah, mengantarkannya kepada puncak kesuksesan Fathu
Makkah, pembebasan kota Makkah, penyucian Baitullâh dari berhala-berhala.
Karena sejak peletakan batu pertama revolusi Islam, Baginda Nabi saw. telah
memulai dengan basmalah, maka kedahsyatan efektifitasnya kemudian mampu
menggemparkan segala peradaban yang kala itu ada, peradaban Timur dan Barat,
dari India, Persia, sampai Romawi. Seperti sentuhan lembut ujung jari yang
mampu membuat gelombang perubahan di atas permukaan air yang tenang, gerakannya
merubah sekian banyak ideologi dan kepercayaan. Memberi cahaya pengetahuan dan
kebenaran kepada kelam kejahiliyahan peradaban.
Bukan dengan "atas nama
bangsa" atau "atas nama seseorang" seharusnya kita membangun
sejarah peradaban umat manusia, tetapi dengan basmalah, dengan Nama Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Kuasa, peradaban akan terbentuk dari masyarakat sosial yang
berkeadilan, berkemanusiaan, beriman dan bertakwa, terbangun penuh berkah.
***
Suatu ketika Baginda Nabi saw.
ditanya tentang hakikat kalimat basmalah, beliau pun menjawab, "(Basmalah)
itu adalah nama dari nama-nama Allah, jarak antara basmalah dan ismullâhi
al-akbar (nama Allah yang teragung) laksana jarak antara lingkar hitam kedua
mata dan bagian putihnya, karena sangat dekat."
Basmalah adalah rahasia Ilahi
yang diketahui hanya oleh orang-orang pilihan yang sejati. Basmalah adalah
perisai penyelamat dan pakaian yang melindungi kita, umat manusia, menghalangi
dari pandangan jin yang memiliki potensi membuat malapetaka. Namun, kekuatan
kalimat ini sebenarnya kembali kepada segumpal daging di dalam tubuh kita,
segumpal hati dengan kekuatan keyakinannya yang istimewa, karena wa kullu man
lam ya'taqid lam yantafi', setiap orang yang tidak meyakini, maka tak akan
bermanfaat!
***
Ketahuilah, semesta ini,
seluruhnya, adalah gesture, lambang atau rumus yang menunjuk pada nama-nama
Allah. Sedangkan setiap nama-Nya adalah menunjuk pada seluruh sifat-Nya yang
kudus. Dan seluruh sifat-Nya adalah menunjuk pada keharusan eksistensi Dzat
Allah, wujud-Nya Yang Maha Esa, karena tentu saja mustahil suatu sifat tegak
sendiri tanpa adanya dzat. Maha Sucilah Yang bila seseorang berdzikir
menyebut-Nya, maka ia menjadi mulia sebab dzikir tersebut!
Setiap sesuatu yang tercipta,
dari yang terkecil sampai yang terbesar, dengan lisân al-hâl, bahasa tubuhnya,
semua berdzikir, berkata, "Bismillâh." Atom, setiap satuan massa,
molekul yang bersenyawa, semua yang berada pada kesinambungan gerak proton dan
neutron dalam setiap partikelnya. Sel-sel makhluk hidup. Sebagaimana gerak
putaran bumi, bulan, dan matahari pada porosnya. Sebagaimana kinerja
bintang-bintang dari ledakan nova hingga supernova. Sekali lagi,
seluruhnya berputar, bergerak, berdzikir
dengan bahasa tubuhnya sendiri-sendiri, berseru, "Bismillâh." Gerak
segala sesuatu hanyalah ada, tercipta, dengan atas nama Allah.
Bismillâhirrahmânirrahîm, dengan atas nama-Nya Yang Maha Pengasih, lagi Maha
Penyayang.
Bukankah awal mula wahyu yang
difirmankan Allah Swt. kepada Sang Pena adalah perintah, "Tulislah!"
Kemudian ketika itu Sang Pena
bertanya, "Wahai Tuhan, apa yang harus aku tulis?"
Maka Allah Swt. pun berfirman,
"Bismillâhirrahmânirrahîm." Bergoncanglah Sang Pena karenanya. Dan
ketika kalimatbasmalah ditulis, maka bergoncang pulalah Arasy karenanya.
Akhir kata, di saat zaman
memperlihatkan fitnah yang semakin menantang, kita mesti segera bersikap,
dengan semangat penuh kayikanan berucap bismillâh namsyî 'alâ barakâtillâh,
dengan nama-Mu yang terindah, hamba melangkah atas berkah-Mu yang melimpah…
Pengasuh PON-PES Salafiyah Syafi'iyah
Sukorejo Situbondo
JAWA - TIMUR
JAWA - TIMUR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar