letaknya sekitar 6 kilometer di sebelah selatan
Masjidil Haram, di bukit ini terdapat Gua Tsur, tingginya sekitar 1,25 meter
dengan panjang maupun lebarnya kurang lebih 3,5 meter x 3,5 meter. Gua tersebut
memiliki dua pintu, yaitu di sebelah barat dan satu lagi di sebelah timur. Di
pintu sebelah baratlah yang digunakan
Nabi untuk masuk yang tingginya sekitar 1 meter, sedangkan pintu sebelah timur
walaupun lebih luas, sengaja dibuat untuk memudahkan orang keluar masuk gua.
Untuk mendaki sampai ke puncak Jabal Tsur ini diperlukan waktu sekitar satu
setengah jam.
Sejarahnya, sebelum Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar r.a
berangkat untuk hijrah ke Madianah, pada malam hari itu Beliau tidur di rumah
pamannya (Abu Thalib) dengan di temani
saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib. Rumah Abu Thalib sebenarnya telah
dikepung oleh orang-orang kafir Makkah. Mereka berencana akan menangkap bahkan
ingin membunuh Nabi Muhammad Saw. Tetapi atas pertolongan Allah SWT, para
pengepung itu tertidur kemudian Nabi Muhammad Saw keluar dari rumah tersebut
menuju suatu tempat di mana Abu Bakar r.a telah menunggunya.
Setelah bertemu dengan Abu Bakar r.a, Nabi Muhammad Saw
berjalan ke arah berlawanan menuju madinah, yaitu ke Jabal Tsur yang letaknya
berada di selatan Makkah,sedangkan Madinah berada di Utara Makkah, untuk
menghindari dari kejaran orang kafir. Pada malam itu Allah Swt menurunkan ayat
:
وَإِذْ
يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ
لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ
يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ
الْمَاكِرِينَ
Yang artinya : “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” ( Q.S
Al-anfal ayat 30 )
Ketika Nabi Muhammad SAW berdua dengan Abu Bakar ra telah
berada di dalam Gua Tsur, Allah SWT memberi pertolongan dengan mengutus para
malaikat yang membuat sarang laba-laba yang menutupi mulut gua tersebut dan
meletakan sarang burung merpati yang sedang mengerami telurnya, sehingga orang
kafir (Makkah) yang sudah tiba di mulut gua yakin bahwa tidak mungkin Nabi
Muhammad SAW bersembunyi di situ. Akhirnya merekapun pulang dengan tangan
hampa dan Nabipun selamat.
Firman Allah SWT:
Artinya : Jikalau kalian tidak mau menolongnya (Muhammad),
maka sesungguhnya Allah telah memberi pertolongan kepadanya (yaitu) ketika
orang kafir (Makkah) mengusir dia, sedangkan dia adalah satu di antara kedua di
dalam gua (Tsur)”. Dia berkata pada temannya (Abu Bakar), ”janganlah engkau
bersusah hati karena tuhan beserta kita.” Maka, Dia menurunkan ketenangan ke
atasnya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak
bisa melihatnya, dia menjadikan kalimat/seruan orang-orang kafir menjadi
rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Mulia serta Maha
Menghukum. (Al-Qur’an Surat Attaubah/9
Ayat 40).
Sedangkan dari Abu Bakar diriwayatkan bahwasanya ia berkata;
”Saya bersama Nabi Muhammad SAW, di dalam Gua, dan saya melihat jejak kaum
musyrikin. ’Wahai Rasulullah jika salah seorang dari mereka mengangkat kakinya,
pasti mereka melihat kita’, lalu Rosulullah menjawab, ’ engkau kira kita hanya
berdua saja, padahal kita bertiga bersama Allah.’”
Setelah tiga hari lamanya dalam Gua Tsur, mereka keluar
setelah sebelumnya Abdullah bin Uraiqith datang membawa dua binatang kendaraan
yang diminta oleh Abu Bakar. Lalu, mereka pun meneruskan perjalanan hijrah
hingga ke Madinah Al-Munawwarah. Selama tiga malam dalam gua, Rasululloh
bersama Abu Bakar mendapat makanan yang dikirim oleh Asma binti Abu Bakar.
Enam Delegasi yang membantu dalam hijrah Rasulullah ke
Madinah
* Asma binti Abu
Bakar bertugas menyiapkan, menyediakan, mengirim perbekalan, makanan.
* Ali bin Abi
Tholib bertugas untuk mengelabui musuh dan tidur di tempat Rosululloh.
* Abdullah bin Abu
Bakar bertugas sebagai pemberi kabar tentang pergerakan kaum musyrikin.
* Amir bin Fahirah
bertugas menghilangkan jejak-jejak kendaraan yang dipakai Rasul dan Abu Bakar.
* Abdullah bin
Uraiqith bertugas sebagai penunjuk jalan.
* Abu Bakar
Shiddiq beliaulah yang selalu menemani Rasulullah.
Hari itu, Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus
610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah
khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama. “Bacalah, dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS Al-Alaq: 1-5).
Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji bukan
hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau
disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah
dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para
jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal
Nur (Gunung Cahaya).
Gunung ini terletak sekitar enam kilometer sebelah utara Masjidil
Haram. Sekitar lima meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil.
Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu
pertamanya.
Sedangkan tinggi puncak Jabal Nur kira-kira dua ratus meter,
di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Letak Gua
Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit dengan
ketinggian sekitar dua meter. Di bagian ujung kanan gua terdapat lubang kecil
yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.
Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat
warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat
Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri
tulisan tersebut.
Panjang gua tersebut sekitar tiga meter dengan lebar sekitar
satu setengah meter, dan ketinggian sekitar dua meter. Dengan luas dimensi
seperti itu, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian
kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat
dalam keadaan duduk. Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi
Muhammad untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota
Makkah kala itu. Dan tentu saja, Muhammad telah mempertimbangkan dengan matang
pemilihan gua ini sebagai tempatnya 'mencari' Tuhan.
Beliau juga telah memperbincangkan tempat itu dengan
istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Oleh sebab itu, terkadang di malam yang
pekat, Khadijah beberapa kali mengunjungi Muhammad. Dapat dibayangkan bagaimana
beratnya medan yang ditempuh Khadijah Al-Kubra saat itu, ketika mengunjungi
suaminya di Gua Hira.
Saking vitalnya peran Gua Hira dalam sejarah Islam, salah
seorang pakar sejarah Islam asal Mesir, Husain Mu’nis, mengatakan Gua Hira
layak disebut sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam. "Gua Hira, tak
LAIN, merupakan masjid yang pertama-tama dalam Islam. Di gua itu Rasulullah
melaksanakan shalat, bertahannuts, dan menyembah Allah sebelum beliau menerima
wahyu," ujarnya.
Bagaimanapun juGa, walau tdk harus menyebut Gua Hira sebagai
masjid pertama di dunia, namun peran vitalnya sebagai tempat diturunkannya
wahyu pertama kali, menjadikannya sebagai tujuan ziarah yang selalu dikerubuti
jamaah.
tempat bersejarah seperti Bukit Kasih Sayang atau lebih
dikenal dengan Jabal Rahmah sekitar 25 kilometer arah tenggara kota Mekkah.
Jabal Rahmah berada di Arafah, dalam sejarahnya, di bukit tandus inilah Nabi
Adam AS dan Siti Hawa dipertemukan oleh Allah SWT setelah 200 tahun mereka
diturunkan secara terpisah. Rasa haru dan kasih sayang ini pula yang melatar
belakangi pemberian nama Jabal Rahmah.
Banyak yang mengatakan di tempat ini baik untuk berdoa
memohon kepada Allah agar diberi limpahan kesehatan, keselamatan dan kebaikan
bagi istri atau suami serta anak-anak. .Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Jabal Rahmah juga
menjadi tempat wahyu yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah
SAW. Yaitu saat Rasulullah SAW melakukan wukuf.
Wahyu terakhir ini
adalah Al Quran surat Al Maidah ayat 3